Home Facebook Daftar Nilai Animasi Kupu-kupu terbang


Welcome To My Blog Friend...My blog name is jennixiips2.blogspot.com

Senin, 05 Mei 2014

KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

1. Kerajaan Kutai.
Letak Kerajaan Kutai adalah di Kalimantan Timur daerah
Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Kutai merupakan
kerajaan pertama di Indonesia. Kerajaan Kutai terletak di
Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai
Mahakam. Peninggalan dari Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti yang
ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta.
Semua prasastinya tertulis pada Yupa, yaitu tugu
dari batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambatkan
hewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa Kutai itu dapat
kita ketahui tantang:
a. Berisi silsilah : Kundungga berputera Acwawarman yang
seperti dewa matahari. Acwawarman berputera tiga – seperti
api tiga. Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman raja yang
baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan
kenduri (selamatan), mengadakan korban, maka didirikanlah
tugu oleh para Brahmana.
b. Tempat sedekah : Sang Mulawarman, raja yang mulia
dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu
kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci
“Waprakecvara”.
c. Macam-macam sedekah yang lain seperti : wijen, malai bunga,
lampu dan lain-lain.
Dari berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui
bagaimanakah keadaan sosial, ekonomi dan pemerintahan
di Kutai.
a. Raja Mulawarman disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai,
sebab menaklukkan raja-raja sekitarnya.
b. Segi sosial, masyarakat mengenal kasta-kasta karena pengaruh
India. Keluarga Kundungga pernah melakukan upacara
Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk
pada kasta Ksatria.
c. Segi ekonomi : disebutkan raja menghadiahkan 20.000 ekor
lembu, berarti peternakan maju, begitupun dalam bidang
pertanian, karena Kutai terletak di tepi sungai. Dengan
demikian Kutai merupakan kerajaan yang makmur. Namun
perlu dicatat bahwa Kutai ini luput dari perhatian Cina.



2. Kerajaan Tarumanegara
Letak kerajaan Tarumanegara adalah di Jawa Barat diantara
tiga daerah, Karawang – Jakarta - Bogor. Peninggalannya
tujuh prasasti berhuruf Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidak
berangka tahun, dilihat dari langgam hurufnya atau bentuk
hurufnya prasasti tersebut ditulis ± abad V M. Sumbernya :
prasasti dan berita dari luar negeri, terutama dari Cina. Nama
ketujuh prasasti tersebut yaitu :
a. Prasasti Ciaruteun
b. Prasasti Kebon Kopi
c. Prasasti Jambu
d. Prasasti Tugu,
e. Prasasti Lebak.
f. Prasasti Pasir Awi.
g. Prasasti Muara Cianten.
Di samping prasasti tersebut, juga ada berita Cina yang
menggambarkan keadaan di wilayah nusantara. Berita
itu berasal dari musafir Cina yaitu Fa-Hein. Berita Cina
menyebutkan adanya kerajaan bernama To-lo-mo. Kerajaan
ini beberapa kali mengirim utusan ke Cina.
Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Taruma
tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
1). Kerajaan Taruma yang berkembang lebih kurang pada
abad V M.
2). Rajanya yang terkenal Purnawarman.
3). Penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa.
4). Memerintah dalam waktu cukup lama yang
disebutkan
5). Terkenal sebagai raja yang dekat dengan Brahmana, dan
memikirkan kepentingan rakyat (penggalian sungai
Gomati).
b. Segi Sosial : kehidupan rakyatnya aman dan tenteram.
c. Segi ekonomi : pertanian merupakan mata pencaharian yang
pokok.
d. Perdagangan berkembang pula. Sudah mengenal
penanggalan (tanggal 8 paro petheng bulan Palguna sampai
tanggal 13 paro terang bulan Caitra).
e. Perekonomian maju, raja memberikan sedekah 1.000 ekor
lembu pada para Brahmana.

3. Kerajaan Kaling
Letak kerajaan Kaling atau Holing, diperkirakan di Jawa
Tengah. Nama Kaling berasal dari Kalinga, nama sebuah
kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah berita Cina yang
menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu,
rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup
dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis
dan mengenal juga ilmu perbintangan.
Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling
(Jawa), kalau makan tidak memakai sendok atau garpu,
melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang
dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak).
Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan
Jawa mengirim utusan ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan
bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang raja perempuan
yakni dalam tahun 674 – 675 M, orang-orang Holing atau Kaling
(Jawa) menobatkan raja perempuan yang bernama Simo, dan
memegang pemerintahannya dengan tegas dan bijaksana.
Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling
tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima,
yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai
raja yang tegas, jujur dan bijaksana. Hukum dilaksanakan
dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin
menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu
pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai
tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil.
b. Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kaling
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani,
karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian.
Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melakukan
perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan
Cina.


4. Kerajaan Kanjuruhan:
Letak kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat
dengan kota Malang sekarang. Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis
dalam prasasti Dinaya, yang ditemukan di sebelah barat
laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis dengan
Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA =
682 Caka = 760 M. Isinya menceritakan bahwa pada abad 8
ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan rajanya
yang bernama Dewa Simha. Ia mempuyai seorang putra
yang bernama Liswa, setelah naik tahta dan melalui upacara
abhiseka Liswa bernama Gajayana. Liswa ini mempunyai putri
yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.


5. Kerajaan Sriwijaya
Letak kerajaan Sriwijaya adalah di Sumatra Selatan dekat
Palembang sekarang. Kerajaan ini berdiri pada abad VII
M. Pusat kerajaan belum dapat dipastikan, tetapi sebagian
besar para ahli berpendapat bahwa Palembang sebagai pusat
kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya merupakan pusat agama Budha
di Asia Tenggara seperti yang diberitakan oleh I Tsing seorang
musafir Cina yang belajar paramasastra Sansekerta di Sriwijaya.
Beberapa prasasti peninggalan Sriwijaya :
a. Prasasti Kedukan Bukit
b. Prasasti Talang Tuo.
c. Kota Kapur di Bangka.
d. Prasasti Telaga Batu.
e. Prasasti Ligor di tanah genting Kra. Berangka tahun 755
M
f. Prasasti Karang Brahi.
g. prasasti Bukit Siguntang.
h. prasasti Palas Pasemah.
Sumber-sumber lain mengenai Sriwijaya ialah berita dari
Cina, Arab dan India. I Tsing bekerjasama dengan Sakyakirti
menulis kitab Hastadandasastra yang pada tahun 711 disalin I
Tsing ke dalam bahasa Cina. Sumber dari tambo dinasti T’ang.
Dinasti Sung, dari Chau You Kwa dalam bukunya Chu Fan
Chi, dan lain-lain.


1). Perkembangan Kerajaan Sriwijaya.
a. Faktor-faktor yang menguntungkan Perkembangan
Sriwijaya, sehingga menjadi kerajaan besar, maritim
nasional Indonesia, antara lain :
• Faktor geografis, letaknya yang strategis dalam jalur
dagang antara India dan Tiongkok, lebih ramai setelah
jalan darat India – Tiongkok terputus.
• Muara sungai di Sumatera lebar dan landai mudah
dilayari.
• Faktor ekonomis, di Sumatera banyak hasil untuk
diperdagangkan, misalnya penyu, gading, kapur barus
dan lain-lain.
• Keruntuhan kerajaan Funan di Vietnam akibat
serangan Kamboja, yang dulunya sangat berperan di
Asia tenggara, pada abad VII runtuh, dan digantikan
Sriwijaya, cepat berkembang sebagai negara maritim.
b. Sistem Pemerintahan dan Perluasan Daerah.
Kerajaan Sriwijaya terus melakukan perluasan wilayah.
Raja yang terkenal adalah Balaputradewa. Pada masa
pemerintahannya Sriwijaya mencapai jaman keemasan.
Balaputradewa merupakan keturunan dari Dinasti
Syailendra. Sriwijaya sudah mengadakan hubungan
dengan Cina. Sriwijaya sudah mempunyai hubungan
dengan India, yang tertulis dalam prasasti Nalanda yang
isinya menyebutkan bahwa sebuah biara telah dibangun
oleh Raja Dewapaladewa dari Benggala. Atas perintah Raja
Balaputradewa, maharaja di Suwarnadwipa.
c. Agama yang berkembang di Sriwijaya.
Berita I Tsing mengatakan bahwa Sriwijaya maju dalam
agama Budha, di samping itu juga berperan sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Budha. I
Tsing belajar tata bahasa Sansekerta selama enam bulan di
Sriwijaya. Ilmu keagamaan (teologi) Budha di pelajari di
Sriwijaya. Pendeta Budha yang terkenal adalah Sakyakirti.
Mahasiswa dari luar negeri datang di Sriwijaya dulu,
sebelum belajar lebih lanjut ke India. Peninggalan candi
di Sriwijaya terletak di Muara Takus dekat sungai Kampar
di daerah Riau, juga di Bukit Siguntang ditemukan Arca
Budha
d. Segi Ekonomis.
Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, menjadikan
Sriwijaya sebagai negara yang makmur bagi rakyatnya,
sebagai pelabuhan yang dilewati kapal-kapal dagang,
mendapat pemasukan dari pajak. Hasil dari Sriwijaya
yang banyak diperdagangkan adalah : gading, beras,
rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas dan
sebagainya. Sriwijaya sebagai negara maritim merupakan
negara yang mengandalkan perekonomiannya dari
kegiatan perdagangan dan hasil laut. Untuk stabilitas
kerajaan Sriwijaya juga membentuk armada laut yang
kuat, supaya dapat mengatasi gangguan di jalur pelayaran
perdagangan.



2). Kemunduran dan Keruntuhan Sriwijaya.
Faktor Ekonomi: Sriwijaya mengalami kemunduran
pada abad X M, setelah terjadi persaingan ekonomi antara
Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Medang di Jawa Timur.
Faktor Politik: Sriwijaya yang semula menjalin hubungan
baik dengan Colamandala, akhirnya terjadi permusuhan,
Colamandala menyerang dua kali (tahun 1023 dan 1068 M)
ke Sriwijaya. Walaupun tidak mengakibatkan hancurnya
Sriwijaya, namun serangan ini memperlemah keadaan
pemerintahan di Sriwijaya.
Faktor wilayah: yang makin memperlemah posisi
Sriwijaya. Misalnya: banyak daerah kekuasaan Sriwijaya
yang melepaskan diri. Kerajaan Singasari di Jawa Timur
juga menyerang ke Sriwijaya lewat ekspedisi Pamalayu
(1275). Serangan yang hebat dari kerajaan Majapahit pada
tahun 1377, kemungkinan besar menjadi penentu untuk
mengakhiri riwayat Sriwijaya.



6. Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Lama di
Jawa Tengah.
Prasasti Canggal yang ditandai dengan Candrasengkala
Cruti Indria Rasa = 654 C = 732 M. Ditemukan di desa Canggal,
daerah Kedu dekat desa Sleman, daerah Yogya. Prasasti ini
berbahasa sanskerta dan hurufnya Pallawa. Isinya asal-usul
Sanjaya dan pembangunan lingga di bukit Stirangga.
Letak ibu kota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan,
ada yang menyebut Medang di Poh Pitu, Ri Medang ri Bhumi
Mataram. Daerah yang dimaksud belum
jelas, kemungkinan besar di daerah Kedu
sampai sekitar Prambanan (berdasarkan
letak prasasti yang ditemukan). Berikut
adalah nama raja-raja yang pernah
memerintah.
Pemerintahan kedua dinasti yang
berbeda agama, dapat berjalan dengan
rukun. Hal ini menjadi bukti bahwa
kerukunan hidup umat beragama di
Indonesia sudah ada sejak dulu. Sesudah
raja Balitung memerintah masih ada beberapa nama lagi
seperti Daksa memerintah 910 –119, Tulodong : 919 – 921
dan Wawa : 921 – 927. Sesudah Wawa wafat digantikan Mpu
Sindok menantu Wawa yang memindahkan kerajaannya ke
Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Icana
pada tahun 928 M.


7. Kerajaan Kediri ( tahun 1042 – 1222)
Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga,
Samarawijaya sebagai raja Panjalu dan Panji Garasakan sebagai
raja Jenggala. Terjadi perang saudara di antara keduanya. Raja
Kediri yang pertama Bamecwara yang memerintah dari tahun
1117 – 1130 kemudian diganti oleh Jayabaya 1135 – 1157. Raja
yang terkenal dengan ramalannya – Jangka Jayabaya.
Hasil sastra pada masa pemerintahannya adalah :
a. Kitab Bharatayuda oleh Mpu Sedah dan Panuluh.
b. Kitab Hariwangsa karangan Mpu Panuluh.
c. Kitab Gatotkacasraya karangan Mpu panuluh.
Urutan raja Kediri selanjutnya adalah :
a. Sarvecvara
b. Aryyaecvara
c. Kracaradipagandra.
d. Kamecvara – hasil sastra antara lain : Kitab Smaradahana
oleh Mpu Darmaja dan Kitab Cerita Panji.
e. Raja Kertajaya 1194 – 1222, yang merupakan raja terakhir
dari Kediri yang dikalahkan Ken Arok di Ganter.

9. Kerajaan Singasari (Tahun 1222 – 1292).
Sumber sejarah tentang Singasari terdapat dalam buku :
Pararaton dan Negarakertagama, ditambah prasasti-prasasti
peninggalannya.
• Pararaton atau disebut juga Katuturanira Ken Arok, isinya
menceritakan riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi
raja dan urutan raja-raja yang memerintah di Singasari.
• Negarakertagama ditulis oleh Prapanca yang merupakan
seorang pujangga kraton Majapahit pada tahun 1365 :
isinya : Pandangan filsafat, keindahan kraton Majapahit,
perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat percandian
leluhurnya antara lain ke Singasari. Memuat riwayat Ken
Arok juga.
Selama perkembangan kerajaan Singasari diperintah oleh
beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok yang berhasil menjadi
raja pertama Singasari. Setelah membunuh Tunggul Ametung
(Akuwu di Tumapel) Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya
Raja Kediri di pertempuran Ganter 1222. Istri Tunggul Ametung
yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken Arok, menurut
ramalan Ken Dedes akan menurunkan raja-raja besar.
Setelah Ken Arok meninggal karena dibunuh Anusapati
(anak tirinya), maka Anusapati menggantikan sebagai raja.
Tohjaya anak Ken Arok dengan Ken Umang membalas dendam
dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya beberapa bulan
saja memerintah karena terjadi pemberontakan dan Tohjaya
terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka, sebagai raja
dan patih yang memerintah di Singasari lebih kurang selama
20 tahun. Pemerintahannya stabil.
Putra Ronggowuni yang bernama Kertanegara,
menggantikan ayahnya menjadi raja Singasari. Singasari
mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan raja
Kertanegara.
Kertanegara terkenal dengan gagasannya untuk
menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan di Nusantara di bawah
payung kekuasaan Singasari. Cita-cita ini dikenal sebagai
Wawasan Nusantara I. Untuk melaksanakan cita-citanya
Kertanegara melakukan :
• Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri.
Pengiriman expedisi ke Sumatra yang terkenal dengan
ekspedisi Pamalayu 1275 M. Kertanegara mengadakan
kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama menghadapi
Ku Bilai Khan dari Cina, yang dianggap sebagai ancaman
oleh Kertanegara.
• Struktur Pemerintahan Singasari sudah lengkap, yaitu pada
pemerintahan Kertanegara raja sebagai penguasa tertinggi.
Kemudian didampingi dewan penasehat. Di bawahnya
masih terdapat pegawai-pegawai yang mengawasi berbagai
bidang. Bidang agama, pertahanan dan sebagainya.
• Kehidupan Agama, Singasari masa pemerintahan raja
Kertanegara, agama Hindu dan Budha sama-sama
berkembang. Kertanegara sendiri memeluk Ciwa-Budha,
terjadi sinkretisme antara agama Hindu-Budha. Kertanegara
menganut aliran Tantrayana.
Dengan politik perluasan daerah yang dicanangkan
Kertanegara, banyak tentara yang dikirim keluar daerah.
Pada waktu sedang sepi penjaga, dan pasukan penjaga istana
berkurang, Singasari diserang raja Kediri yaitu Jayakatwang.
Kertanegara meninggal dalam peristiwa ini, dicandikan di dua
tempat, di Candi Jawi dan candi Singasari.
Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Tar-Tar (Cina)
dapat mengalahkan Jayakatwang, dan mendirikan kerajaan
Majapahit. Kertanegara sebagai raja terakhir dan terbesar
dari kerajaan Singasari, diabadikan di beberapa tempat.
Terkenal Arca Kertanegara yang bernama Joko Dolog di
Surabaya. Wafatnya Kertanegara mengakhiri riwayat kerajaan
Singasari.

10. Kerajaan Majapahit

1. Sumber-sumber sejarah Majapahit yaitu:
a. Prasasti Kudadu
b. Kitab Negarakertagama
c. Kitab Pararaton
d. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung
Sundayana
e. Prasasti-prasasti yang merupakan peninggalan raja
Majapahit
f. Berita-berita Cina, misal kitab Ying Yai Sheng Lan.
Karangan Ma Huan dan catatan-catatan dalam tambo
dinasti Ming.

2. Berdirinya Majapahit
Setelah kerajaan Singasari hancur, Raden Wijaya
bersama-sama pengikutnya lari karena dikejar tentara
Kediri. Sampai di desa Kudadu mendapat bantuan dari
kepala desa di Kudadu, kemudian melanjutkan perjalanan
ke Madura minta perlindungan kepada Aria Wiraraja.
Raden Wijaya disuruh pura-pura menyatakan takluk,
sesudah dipercaya Jayakatwang agar minta daerah di hutan
Tarik. Di Tarik tersebut Raden Wijaya mendirikan kerajaan
yang kemudian kita kenal dengan kerajaan Majapahit

3. Raja-raja yang memerintah di Majapahit
a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya
Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat
puteri Kertanegara yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari
(permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah
Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah
Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga
berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan
kekuasaan.
b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh
Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau
merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi
pemberontakan.
Beberapa pemberontakan yang terjadi yaitu:
1). Pemberontakan Ronggolawe dapat diatasi
2). Pemberontakan Lembu Sora, dapat dipadamkan.
3). Pemberontakan Nambi, dapat diatasi
4). Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi
berkat jasa Gajah Mada dan jasanya tersebut Gajah
Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun
1321 Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha.
c. Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M)
Karena Jayanegara tidak mempunyai putra, tahta
seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri
memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi
putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat
menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi
Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi
pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat
diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai
patih Majapahit.
Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai
Patih Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan
sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa.
Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak
akan makan Palapa (arti palapa mungkin semacam
rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/
istirahat sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu
dibawah kekuasaan Majapahit.
Tahun 1350 Gayatri wafat, maka
Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil ibunya
segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada
putranya yaitu Hayam Wuruk.
d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini,
Majapahit mencapai jaman keemasannya. Cita-cita
Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa,
disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat
tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama dengan
wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut
sebagai Negara Maritim Nasional II.
Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga
peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357,
perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat leluhurnya
serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati
wafatnya Rajapadni tahun 1362.
Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat
perniagaan di Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil
yang diperdagangkan adalah beras, rampah-rempah,
garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti
Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.
a) Hasil sastra jaman Majapahit antara lain:
b) Kitab Negarakertagama karangan Prapanca
c) Kitab Sutasoma karangan Tantular .
Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi
tentang aturan hukum di Majapahit. Sepeninggal
Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami
kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah
puterinya yang bernama Kusumawardhani.
e. Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)
Pada masa pemerintahannya terjadi perang
saudara dengan Wirabhumi yang disebut perang
Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi.
Setelah Kusumawardhani berturut-turut adalah:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas (1467-1478 M)
Berakhirnya pemerintahan Pandanalas, diganti
dengan pemerintahan Giridrawardhana. Kerajaan
Majapahit mulai mundur dan akhirnya runtuh,
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Politik (dalam dan luar negeri).
Dalam negeri, kesatuan Majapahit atas kekuatan
Gajah Mada, setelah Gajah Mada meninggal daerah
yang luas tersebut tak dapat dipertahankan.
b. Faktor Ekonomi
Majapahit dulu dapat menyatukan daerah pertanian
dan bandar-bandar, setelah ada ekspedisi Cina,
bandar-bandar lebih suka langsung berhubungan
dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis,
berusaha melepaskan diri dari Majapahit.
c. Faktor Agama
Perbedaan ideologi. Penyebaran Islam di Asia
Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih
dulu terpengaruh adalah bandar, maka bandar
beragama Islam, Majapahit masih Hindu. Bandarbandar
menentang Majapahit. Ada pula pendapat
yang mengatakan adanya serangan dari Demak.
Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya
Majapahit ditandai dengan candra sangkala: Sirna
Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M.


http://handikap60.blogspot.com/2013/01/kerajaan-hindu-budha-yang-pernah-ada-di.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar