Home Facebook Daftar Nilai Animasi Kupu-kupu terbang


Welcome To My Blog Friend...My blog name is jennixiips2.blogspot.com

Selasa, 06 Mei 2014




         Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah India. Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara.


Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake danThomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika).Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffes telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.  pada tahun 1811, inggris mampu menguasai daerah jajahan belanda, maka belanda harus menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 september 1811, yang isinya:
-daerah jajahan belanda diserahkan kepada inggris
-tentara belanda menjadi tawanan inggris
-orang2 belanda dapat menjadi pegawai inggris
           Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang Belanda. dan Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816 Inggris melaksanakan kewajibannya itu.
 Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.

Tujuan kedatangan bangsa inggris di Indonesia :
             Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang bernamaEast India Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate)
Dampak kedatangan bangsa inggris di Indonesia :
Dengan datangnya bangsa inggris, inggris membuat kebijakan kebijakan, seperti :
*memperbaiki dalam bidang pemerintahan. Caranya :
-indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
-para bupati diangkat menjadi pegawai negri
-daerah keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
-mengurangi kekuasaan raja
*memperbaiki dalam bidang keuangan. Caranya :
-melaksanakan system perdagangan bebas
-melaksanakan system sewa tanah / land-rente
-melanjutkan system perdagangan perkebunan kopi
-memonopoli perdagangan garam
*memperbaiki dalam bidang social. Caranya :
-menghapuskan system perbudakan
-mengurangi pengaruh kekuasaan tradisional
 serta jasa2 yang di berikan raffles selama memerintah Indonesia
-mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama bataviaasch genootschop di harmoni
-menulis buku –the history of java-
-menemukan bunga –rafflesia arnoldi-
-istrinya, Olivia Marianne, -merintis kebun raya bogor-
-mengembalikan sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta 


 sumber : rhio182.blogspot.com
http://harrytopcell.blogspot.com/2013/01/sejarah-datangnya-inggris-ke-indonesia.html



Masuknya Belanda ke Indonesia



Masuknya Belanda ke Indonesia dimulai pada tahun 1595 pada saat Cornelis de Houtman memimpin armada yang terdiri dari  4 buah kapal menuju Nusantara.  Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda – Pantai Barat Afrika – Tanjung Harapan – Samudra Hindia – Selat Sunda – Banten.  Pada tanggal 6 Juni 1596 armada kapal tersebut sampai di Sumatera dan pada tanggal 22 Juni mendarat di pelabuhan Banten.
Pada tahun 1958 kembali armada Belanda masuk ke Nusantara dipimpin oleh Yacob Van Neck dan Warmijk dan mendarat di Maluku.
Awalnya tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
  Indonesia pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnieatau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara.   Tujuan lainnya adalah :
  1. Menghindari persaingan dagang diantara pedagang Belanda
  2. Memperkuat persatuan untuk menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa lainnya.
  3. Membantu perekonomian Belanda yang saat itu sedang perang dengan Spanyol.

Pemerintah Belanda memberikan hak khusus kepada VOC (hak octrool) yang berisi :
  1. Hak mencetak uang sendiri
  2. Hak mendirikan benteng dan membentuk tentara sendiri
  3. Hak mengadakan perundingan dengan para raja di Nusantara
  4. Hak mengangkat Gubernur Jendral
  5. Hak Monopoli
Pada tahun 1609 VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan namun niat tersebut dihalangi oleh raja Gowa.  Raja Gowa tersebut melakukan kerjasama dengan pedagang-pedagang Inggris, Prancis, Denmark, Spanyol dan Portugis.
Pada tahun 1610  Ambon dijadikan pusat VOC, dipimpin seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 orang gubernur-jendral, Ambon tidak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar karena jauh dari jalur-jalur utama perdagangan Asia.
Pada bulan Mei 1619  Jan Pieterszoon Coen, seorang Belanda, melakukan pelayaran ke Banten dengan 17 kapal.  Pada tanggal 30 Mei 1619  Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten dan berhasil  memukul mundur tentara Banten. Kemudian Jan Pieterszoon Coen membangun Batavia sebagai pusat militer dan administrasi yang relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang-barang, karena dari Batavia mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dari Eropa.
Pada tahun1619  Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC. Dia menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan semua yang merintangi. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
Pada masa kekuasaannya VOC banyak melakukan penyelewengan, kerusuhan dan kekejaman terhadap rakyat antara lain :
  1. Tahun 1620 dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk pulau Banda dan berusaha menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang dan mempekerjakan tenaga kerja kaum budak.
  2. Tahun 1660 armada VOC yang terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal Portugis. Pada bulanAgustus – Desember 1660 Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa menerima persetujuan perdamaian dengan VOC, namun persetujuan ini tidak berhasil mengakhiri permusuhan.  Tanggal 18 November 1667 – Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya, akan tetapi Sultan Hasanuddin kembali mengobarkan pertempuran.  Bulan April 1668 dan Juni 1669 – VOC melakukan serangan besar-besaran terhadap Goa dan setelah pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar dilakukan. Tahun 1669 kondisi Nusantara bagian timur bertambah kacau, kehidupan ekonomi dan administrasitidak terkendalikan lagi.
  3. VOC melakukan pelayaran hongi yaitu pelayaran yang bertujuan menghukum penduduk yang menjual rempah-rempah ke pihak lain.  Rakyat melakukan perlawanan.  Salah satunya adalah kerajaan Banten pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa yang memiliki  armada yang dibangun menurut model Eropa.   Akibat pemberontakan-pemberontakan ini VOC mengalami kesulitan dan kekurangan dana.  Ditambah pula terjadi korupsi dan penyelewengan di tubuh VOC, sehingga akhirnya VOC mengalami kebangkrutan dan pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan.

Setelah VOC dibubarkan wilayah Nusantara diserahkan kepada Belanda.  Kerajaan Belanda menugaskan Herman Willem Daendels sebagai gubernur jendral di Nusantara.  Istana Daendels berkedudukan di Buitenzorg (Bogor).  Usaha yang dilakukan Daendels adalah mempertahankan pulau Jawa dari ancaman Inggris.
Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels (1801 – 1811)
Langkah-langkah yang ditempuh Daendels antara lain :
  1. Melatih bangsa Indonesia menjadi tentara
  2. Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya
  3. Membangun benteng-benteng pertahanan
  4. Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujungkulon (Banten)
  5. Membangun jalan raya Anyer – Panarukan sepanjang 1000 km

          Salah satu program Daendels adalah keja paksa tanpa upah yang disebut rodi.  Kerja paksa ini dilakukan untuk kepentingan penjajah dengan tujuan untuk mengusai rakyat di pulau Jawa.  Bentuk kerja paksa tersebut yaitu :
  1. Memaksa rakyat untuk membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km.
  2. Membangun pelabuhan, benteng pertahanan, dan gedung-gedung pemerintahan Belanda.
           Dalam kerja paksa ini rakyat diharuskan membawa bekal sendiri, sementara Belanda tidak memberikan upah maupun makanan dan minuman.  Akibatnya rakyat menderita kelaparan dan terserang penyakit hingga meninggal dunia.
Untuk mengatasi kebutuhan dana, Daendels melakukan beberapa hal yaitu :
  1. Rakyat diharuskan menyerahkan hasil bumi sebagai kewajiban membayar pajak.
  2. Rakyat menjual hasil bumi kepada Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan.
  3. Rakyat di Jawa Barat diwajibkan menanam kopi untuk pemerintah Belanda
  4. Menjual tanah negara kepada pihak asing.
Peraturan-peraturan ini tentu saja menyengsarakan rakyat.
Bulan Mei 1881, Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. Daendels kemudian bekerja di bawah Napoleon dalam peperangannya yang gagal di Moskwa.
Masa Pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811 –  1814)
Pada tanggal 11 September 1811 Belanda menyerahkan daerah jajahannya kepada Inggris. Pemimpin pasukan Inggris di Indonesia adalah Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles.
Raffles berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap kesejahteraan penduduk asli sebagai tanggung jawab pemerintah. Selain itu tindakan kebijaksanaan Raffles yang terkenal di Indonesia adalah memasukkan sistem landrente (pajak tanah) yang selanjutnya meletakkan dasar bagi perkembangan perekonomian, Raffles juga mengenalkan sistem uang dan penekanan desa sebagai pusat administrasi.
Raffles juga dikenal sebagai seorang yang memperhatikan ilmu pengetahuan khususnya di bidang tumbuh-tumbuhan.  Untuk menghargai jasa Raffles, namanya diabagikan sebagai nama sebuah bunga yaitu Rafflesia Arnoldi.

http://aagustus.wordpress.com/masuknya-belanda-ke-indonesia/


Proses dan tujuan kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia



Bangsa Portugis dan Spanyol merupakan pelopor penjelajahan samudera. Setelah menjelajahi dunia cukup jauh, kedua bangsa itu ingin menguasai dunia. Hal ini membuat Paus Yulius II turun tangan menyelesaikan perseteruan Portugis dan Spanyol. Akhirnya, dicapailah sebuah perjanjian yang dinamakan Perjanjian Tordesillas pada tahun 1494. Isi perjanjian Tordesillas menetapkan bahwa dunia dibagi ke dalam dua wilayah kekuasaan yang dibatasi oleh garis Tordesillas yang membentang dari kutub utara ke kutub selatan melalui Kepulauan Verde di sebelah barat benua Afrika. Atas dasar perjanjian Tordesillas, Spanyol diberi hak untuk melayari dan menguasai negeri-negeri di sebelah barat, sedangkan Portugis dapat menguasai negeri-negeri di sebelah timur.

Selanjutnya, Portugis ingin menguasai Ternate yang merupakan produsen utama rempah-rempah. Pada tahun 1512 Portugis berhasil mencapai Ternate. Namun, pada saat yang sama tiba-tiba muncul Spanyol yang sebelumnya telah bersekutu dengan Tidore. Hal ini tentu saja memunculkan perseteruan baru, sebab kedua bangsa itu sama-sama menuding telah melanggar perjanjian Tordesillas. Setelah terbetik berita tentang perseteruan itu, sekali lagi Paus turun tangan menengahi pertikaian kedua bangsa tersebut. Pada tahun 1528 dicapailah kesepakatan di kota Saragosa, Spanyol. Perjanjian Saragosa menetapkan bahwa garis Saragosa membagi dunia ke dalam dua wilayah kekuasaan yang dibatasi oleh meredian Jailolo di Irian. Dengan demikian Spanyol harus kembali ke Filipina, sedangkan Portugis dapat leluasa menguasai wilayah Maluku.

Tujuan kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia yakni seperti umumnya dilakukan negara-negara imperialisme kuno, yaitu:
a. Gold, yaitu mencari emas atau mencari kekayaan.
b. Glory, yaitu mencari kejayaan dan kekuasaan.
c. Gospel, yaitu menyebarkan agama Kristen.


Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2180059-proses-dan-tujuan-kedatangan-bangsa/#ixzz30zhdwTCm

Penjelajahan Samudra Bangsa Eropa

Latar Belakang
Ramainya perdagangan di Laut Tengah, terganggu selama dan setelah berlangsungnya Perang Salib (1096 - 1291). Dengan jatuhnya kota Konstantinopel (Byzantium) pada tahun 1453 ke tangan Turki Usmani, aktivitas perdagangan antara orang Eropa dan Asia terputus. Sultan Mahmud II, penguasa Turki menjalankan politik yang mempersulit pedagang Eropa beroperasi di daerah kekuasannya. Bangsa Barat menghadapi kendala krisis perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu bangsa Barat berusaha keras mencari sumbernya dengan melakukan penjelajahan samudra.

Ada beberapa faktor yang mendorong penjelajahan samudra:
  1. Semangat reconguesta, yaitu semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya sebagai tindak lanjut dari Perang Salib.
  2. Semangat gospel, yaitu semangat untuk menyebarkan agama Nasrani.
  3. Semangat glory, yaitu semangat memperoleh kejayaan atau daerah jajahan.
  4. Semangat gold, yaitu semangat untuk mencari kekayaan/emas.
  5. Perkembangan teknologi kemaritiman yang memungkinkan pelayaran dan perdagangan yang lebih luas, termasuk menyeberangi Samudra Atlantik.
  6. Adanya sarana pendukung seperti kompas, teropong, mesiu, dan peta yang menggambarkan secara lengkap dan akurat garis pantai, terusan, dan pelabuhan.
  7. Adanya buku Imago Mundi yang menceritakan perjalanan Marco Polo (1271-1292).
  8. Penemuan Copernicus yang didukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat seperti bola, matahari merupakan pusat dari seluruh benda-benda antariksa. Bumi dan bendabenda antariksa lainnya beredar mengelilingi matahari (teori Heliosentris).


Penjelajahan Samudera Oleh Bangsa Eropa
Negara-negara yang memelopori penjelajahan samudra adalah Portugis dan Spanyol, menyusul Inggris, Belanda, Prancis, Denmark, dan lainnya. Untuk menghindari persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka pada tanggal 7 Juni 1494 lahirlah Perjanjian Tordesillas. Paus membagi daerah kekuasaan di dunia non-Kristiani menjadi dua bagian dengan batas garis demarkasi/khayal yang membentang dari kutub Utara ke kutub Selatan. Daerah sebelah Timur garis khayal adalah jalur/kekuasaan Portugis, sedangkan daerah sebelah Barat garis khayal adalah jalur Spanyol.


Garis Khayal Tordesillas yang dibuat berdasarkan perjanjian tordesilas

Pelayaran Orang-orang Portugis
Orang-orang Portugis menjadi pelopor berlayar mencari tempat asal rempah-rempah. Hal ini tidak lepas dari kiat Pangeran Henry Mualim (Henry Navigator) yang memberi hak-hak istimewa kepada keluarga-keluarga saudagar sukses dari Italia, Spanyol, dan Prancis. Tujuannya supaya mereka bersedia tinggal dan berdagang di ibukota Portugis.

Berikut ini penjelajah-penjelajah yang berasal dari Portugis.
1) Bartholomeu Dias
Bartholomeu Dias berangkat dari Lisabon (Portugis) pada bulan Agustus 1487. Ketika sampai di ujung Selatan benua Afrika, kapal Dias terkena badai topan. Setelah badai reda, Dias kembali ke Portugis. Oleh Dias dan rombongannya, ujung Selatan Benua Afrika dinamai Tanjung Badai. Namun, Raja Portugal Joao II mengganti namanya menjadi Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) karena untuk menghilangkan kesan menakutkan dan tempat tersebut dianggap memberikan harapan bagi bangsa Portugis untuk menemukan Hindia.

2) Vasco da Gama

Pada tanggal 8 Juli 1497, Raja Portugis Manuel I memerintahkan Vasco da Gama mengikuti jejak Dias. Ekspedisinya dilakukan melalui laut sepanjang pantai Afrika Barat.
Dalam pelayarannya, Vasco da Gama sempat singgah di pantai Afrika Timur. Atas petunjuk mualim Moor, da Gama melanjutkan ekspedisinya memasuki Samudra Hindia dan Laut Arab. Perjalanan Vasco da Gama tiba di Calcuta pada tanggal 22 Mei 1498. Di Calcuta, Vasco da Gama berupaya mendirikan pos perdagangan. Ia membeli rempah-rempah untuk dikirim ke Portugis dan sebagian dijual ke negara- negara Eropa lainnya.
Rute pelayaran pertama Vasco da Gama

3) Alfonso d’ Albuquerque
Setelah beberapa lama menduduki Calcuta, orang Portugis sadar bahwa penghasil rempah-rempah bukan India. Ada tempat lain yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Asia, yaitu Malaka. Oleh karena itu ekspedisi ke Timur dilanjutkan kembali.
Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Oleh karena itu, dari Calcuta, Portugis mengirimkan ekspedisi ke Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’ Albuquerque. Ekspedisi d’ Albuquerque tersebut berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511.


Pelayaran Orang-orang Spanyol
Berikut ini para penjelajah Spanyol yang melakukan pelayaran ke dunia Timur:
1) Christopher Columbus
Pada tanggal 3 Agustus 1492, dengan menggunakan tiga buah kapal yaitu Santa Maria, Nina, dan Pinta, Columbus mulai berlayar mencari sumber rempah-rempah di dunia Timur. Setelah berlayar lebih dari 2 bulan mengarungi Samudra Atlantik, sampailah Columbus di Pulau Guanahani yang terletak di Kepulauan Bahama, Karibia. Ia merasa telah sampai di Kepulauan Hindia Timur yang merupakan sumber rempah-rempah. Ia menamai penduduk asli di kawasan itu sebagai Indian. Selanjutnya Kepulauan Bahama dikenal sebagai Hindia Barat. Columbus bersama seorang penyelidik bernama Amerigo Vespucci antara tahun 1492 – 1504, berlayar terhitung 4 kali. Mereka menemukan benua baru yang diberi nama Amerika. Jadi penemu Benua Amerika adalah Christopher Columbus. Sejak Columbus menemukan benua Amerika, menyusul pelaut-pelaut Spanyol seperti Cortez dan Pizzaro. Cortez menduduki Mexico pada tahun 1519 dengan menaklukkan suku Indian yaitu Kerajaan Aztec dan suku Maya di Yucatan. Pizzaro, pada tahun 1530 menaklukkan kerajaan Indian di Peru yaitu suku Inca.

2) Ferdinand Magelhaens (Magellan)
Pada tanggal 10 Agustus 1519, Magelhaens berlayar ke Barat didampingi oleh Kapten Juan Sebastian del Cano (Sebastian del Cano) dan seorang penulis dari Italia yang bernama Pigafetta. Penulis inilah yang mengisahkan perjalanan Magelhaens-del Cano mengelilingi dunia yang membuktikan bahwa bumi itu bulat seperti bola. Pada tahun 1520, setelah menyeberangi Samudra Pasifik, sampailah rombongan Magelhaens di Kepulauan Massava. Kepulauan ini kemudian diberi nama Filipina, mengambil nama Raja Spanyol, Philips II. Dalam suatu pertempuran melawan orang Mactan, Magelhaens gugur (27 April 1521). Akibat peristiwa itu rombongan bergegas meninggalkan Filipina dipimpin oleh Sebastian del Cano, menuju Kepulauan Maluku. Magelhaens dianggap sebagai orang besar dalam dunia pelayaran karena menjadi orang yang pertama kali berhasil mengelilingi dunia. Raja Spanyol memberi hadiah sebuah tiruan bola bumi. Pada tiruan bola bumi itu dililitkan pita bertuliskan ‘Engkaulah yang pertama kali mengitari diriku’.


Pelayaran orang-orang Inggris
1) Sir Francis Drake
Pada tahun 1577 Drake berangkat berlayar dari Inggris ke arah Barat. Dalam pelayarannya, rombongan ini memborong rempah-rempah di Ternate. Setelah mendapatkan banyak rempah-rempah Drake pulang ke negerinya dan sampai di Inggris pada tahun 1580. Pelayaran Drake ini belum memiliki arti penting secara ekonomis dan politis.


2) Pilgrim Fathers
Pada tahun 1607 rombongan yang menamakan diri Pilgrim Fathers melakukan pelayaran ke arah Barat. Kapal yang bernama May Flower berhasil membawa rombongan ini mendarat di Amerika Utara.

3) Sir James Lancester dan George Raymond
Pada pelayaran tahun 1591, Lancester berhasil mengadakan pelayaran sampai ke Aceh dan Penang, sampai di Inggris pada tahun 1594. Pada bulan Juni 1602, Lancester dan maskapai perdagangan Inggris (EIC) berhasil tiba di Aceh dan terus menuju Banten. Di Banten, dia mendapatkan izin dan mendirikan kantor dagang.

4) Sir Henry Middleton
Pada tahun 1604 pelayaran kedua EIC yang dipimpin Sir Henry Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda. Terjadi persaingan dengan VOC. Selama tahun 1611 - 1617, orang-orang Inggris mendirikan kantor dagang di Sukadana (Kalimantan Barat Daya), Makassar, Jayakarta, Jepara, Aceh, Pariaman, dan Jambi.


5) William Dampier
Pada tahun 1688, Dampier melakukan pelayaran dan berhasil mendarat di Australia. Ia terus melanjutkan pelayaran dengan menelusuri pantai ke arah Utara.

6) James Cook
Pada tahun 1770 Cook berhasil mendarat di pantai Timur Australia dan menjelajahi pantai Australia secara menyeluruh pada tahun 1771. Oleh karena itu, James Cook sering dikatakan sebagai penemu Benua Australia.

Pelayaran Orang-orang Belanda
Biasanya para pedagang Belanda membeli dagangan rempah-rempah dari Portugis di pusat pasar Lisabon. Namun setelah Lisabon dikuasai Spanyol, Belanda mencari jalan menuju daerah penghasil rempah-rempah. Walaupun Portugis berusaha merahasiakan jalan ke pusat penghasil rempah-rempah, tetapi Belanda berhasil menyusul Portugis dan Spanyol.


Berikut ini beberapa pelaut Belanda yang melakukan penjelajahan ke dunia:
1) Barentz
Pada tahun 1594, Barentz mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara. Perjalanan Barentz terhambat karena air laut membeku sesampainya di Kutub Utara. Ia berhenti di sebuah pulau yang dikenal dengan nama Pulau Novaya Zemlya, kemudian memutuskan untuk kembali tetapi meninggal dalam perjalanan.

2) Cornelis de Houtman
Pada tahun 1595, de Houtman dengan empat buah kapal yang memuat 249 orang awak beserta 64 meriam, memimpin pelayaran mencari daerah asal rempah-rempah ke arah Timur mengambil jalur seperti yang ditempuh Portugis. Pada tahun 1596 Cornelis de Houtman bersama rombongan sampai di Indonesia dan mendarat di Banten.

3) Abel Tasman
Abel Tasman berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara Australia. Pada tahun 1642 ia menemukan sebuah pulau yang kemudian dikenal dengan nama Pulau Tasmania.


Kesimpulan

Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.

Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.

Sumber:
Aziz, Maleha: 2006. Sejarah Indonesia III Cendekia Insani. Pekanbaru. Riau
Oemar, Kammarudin: 2006. Sejarah Eropa Cendekia Insani. Pekanbaru. Riau
Asri: 2006 Sejarah Australia dan oceania Cendekia Insani. Pekanbaru. Riau
http//www.google.com/pelayaran_bangsa_barat.html
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/05/penjelajahan-samudra-bangsa-eropa.html
Kerajaan-Kerajaan Islam  di Indonesia



1.     Kesultanan Perlak, Samudera Pasai, dan Aceh


Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang terbaru dapat
diketahui bahwa kesultanan Islam tertua di Indonesia adalah
Kerajaan Perlak. Beberapa bukti sejarah itu adalah naskahnaskah
tua berbahasa Melayu, seperti Idharatul Haq fi
Mamlakatil Ferlah Wal Fasi, Kitab Tazkirah Thabakat Jumu
Sultan As Salathin, dan Silsilah sultan-sultan Perlak dan Pasai.
Dalam naskah tersebut dijelaskan bahwa kerajaan Perlak
didirikan pada tanggal 1 Muhharam 225 H (840 M). Kesultanan
Perlak, pertama kali diperintah oleh Saiyid Abdul Aziz yang
bergelar Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Shah. Ia
berhasil mengangkat negerinya sebagai pancaran sinar Islam
di Nusantara. Sayang, Perlak tidak memiliki putra mahkota
karena sultan terakhir hanya memiliki seorang putri yang
kemudian menikah dengan sultan dari Samudera Pasai pada
tahun 1292. Sejak saat itu, Perlak menjadi bagian dari wilayah
kesultanan Samudera Pasai.
Keberadaan kesultanan Perlak juga dibuktikan dengan
ditemukannya peninggalan sejarah, seperti mata uang Perlak,
stempel kesultanan, dan makam raja-raja Benoa. Di samping
itu, disebutkan bahwa raja terakhir yang memerintah Perlak
adalah Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan
662-692 H (1263-1292 M).
Kesultanan Islam berikutnya yang muncul di Indonesia
adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berkembang
dengan pesat dan memiliki dua bandar perdagangan yang
ramai, yaitu Samudera dan Pasai. Pada awalnya, kesultanan
Samudera Pasai merupakan penggabungan dua kerajaan kecil,
yaitu kesultanan Samudera dan kesultanan Pasai. Seperti
halnya Perlak, kota bandar Samudera dan Pasai terletak di
pintu masuk Selat Malaka, yaitu jalur perdagangan utama
antara Arab, Persia, India, dan Cina. Oleh karena itu, sangat
mungkin kedua kota bandar itu telah mendapat pengaruh
Islam pada abad VIII.
Namun demikian, kesultanan Samudera Pasai baru bisa
didirikan pada abad XIII. Kesultanan Samudera Pasai terletak di
Aceh Utara, atau tepatnya di Kabupaten Loksumawe sekarang.
Mengingat letaknya yang strategis, kesultanan Samudera Pasai
dapat berkembang dengan pesat. Wilayah Samudera Pasai
semakin luas, terutama setelah kesultanan Perlak berhasil
disatukan melalui hubungan perkawinan.
Di antara para sultan yang memerintah Samudera Pasai,
Sultan Malik Al-Saleh merupakan sultan yang paling terkenal.
Sultan Malik Al-Saleh dikenal sebagai peletak dasar kekuasaan
Islam. Perdagangan sebagai pilar ekonomi kesultanan dan
rakyatnya hidup makmur.
Pada abad XIV, Samudera Pasai telah menjadi salah
satu tempat studi agama Islam. Banyak para ulama dari
berbagai negeri Islam yang datang ke Samudera Pasai untuk
mendiskusikan masalah-masalah keagamaan dan kehidupan
umat manusia sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Samudera Pasai
telah berhasil menyebarkan agama Islam ke berbagai wilayah
sekitarnya, seperti Minangkabau, Jambi, Jawa, Malaka, dan
bahkan sampai ke Patani (Thailand).
Fatahilah adalah salah satu putra Samudera Pasai yang
sangat aktif dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa. Bahkan,
ia kemudian berhasil menduduki jabatan yang tinggi, yaitu
sebagai panglima kerajaan Demak. Sayang, Samudra Pasai
tidak dapat mempertahankan hegemoninya di Selat Malaka
setelah Kerjaaan Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511.
Samudera Pasai sendiri mulai diduduki oleh Portugis pada
tahun 1524.
Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai pernah
dikunjungi oleh Marco Polo, seorang saudagar dati Venesia
(Italia) pada tahun 1292. Marco Polo sempat mengunjungi
beberapa daerah, di antaranya Perlak dan Samudera Pasai.
Di samping itu, Samudera Pasai juga pernah didatangi oleh
Ibn Battuta, seorang pengembara dari Taugier (Marroko) pada
tahun 1345.
Di samping Samudera Pasai, di ujung Utara Pulau
Sumatera terdapat kerajaan Islam yang lain, yaitu kerajaan
Aceh. Pusat kekuasaannya di Ramni dan kemudian dipindah
ke Darul Kamal. Kerajaan Aceh didirikan pada tahun 1204 di
bawah pemerintahan Sultan Jihan Syah. Pada waktu itu Aceh
belum berdaulat karena merupakan kecil yang berada di bawah
pengaruh Pedir. Akhirnya, Aceh berhasil melepaskan diri dari
kekuasaan Pedir dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh.
Pada waktu itu, Aceh diperintah oleh Sultan Muhayat Syah
(1514-1528). Pusat kerajaan dipindah ke Kutaraja.
Di bawah pemerintahan Sultan Muhayat Syah, Aceh
mengalami perkembangan yang pesat. Beberapa kerajaan
kecil di sekitarnya disatukan sehingga wilayah kekuasaannya
semakin luas. Kerajaan-kerajaan kecil yang disatukan, di
antaranya Samudera Pasai, Perlak, Lamuri, Benoa Temiang,
dan Indera Jaya. Bahkan, kerajaan Pedir yang pernah
menguasai pun dapat ditahlukan, meskipun Pedir bersekutu
dengan bangsa Portugis. Di samping itu, Aceh sangat berambisi
untuk memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke pantai
Timur Sumatera.
Usaha Aceh untuk menguasai pantai Timur Sumatera
tidak mudah karena wilayahnya sangat luas dan mendapat
perlawanan dari kerajaan Aru. Dalam sebuah peperangan,
kerajaan Aru berhasil dikalahkan. Untuk mengontrol daerah
yang baru, Sultan Aceh mengirimkan seorang panglima
perang, yaitu Gocah Pahlawan. Kemudian, Gocah Pahlawan
dikenal sebagai orang yang menurunkan sultan-sultan Deli
dan Serdang (Sumatera Utara)
Setelah Sultan Muhayat Syah wafat, ia digantikan oleh
puteranya yang bernama Sultan Salahuddin (1528-1537).
Pemerintahan Salahuddin amat lemah dan selalu memberi
peluang kepada bangsa Portugis untuk menjalin kerja sama.
Akhirnya, Salahuddin dijatuhkan oleh saudaranya, yaitu Raja
Ali. Kemudian Raja Ali naik tahta dengan gelar Sultan Alauddin
Riayat Syah (1537-1468). Pada masa pemerintahannya, Aceh
pernah menyerang Johor yang bersekutu dengan Portugis.
Meskipun, raja Johor berhasil ditawan, tetapi Johor tetap
menjadi kerajaan yang merdeka. Sementara untuk memperkuat
kedudukannya, Aceh menjalin kerja sama dengan Turki, Persia,
India, dan kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa.
Aceh mencapai jaman keemasan di bawah pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1936). Ia adalah orang yang cakap
dan pemeluk Islam yang taat. Pada masa pemerintahannya,
wilayah Aceh semakin luas, yaitu membentang di pesisir Barat
Sumatera sampai Bengkulu dan di pesisir Timur Sumatera
sampai Siak. Bahkan, beberapa daerah di Semenanjung
Malaya, seperti Johor, Kedah, Pahang, dan Patani (Thailand)
berhasil dikuasai.
Iskandar Muda bersikap anti penjajah.Ia bercita-cita dapat
mengusir Portugis dari Malaka. Oleh sebab itu Iskandar Muda
beberapa kali menyerang Portugis di Malaka. Contoh, tahun
1629, ia melakukan serangan besar-besaran berhasil. Portugis
pun juga menyerang dan berusaha menguasai Aceh, namun
selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.
Pada masa kekuasaan Iskandar Muda disusun suatu
Undang-undang tentang tata Pemerintahan. Undang-undang
itu disebut Adat Mahkota Alam. Dalam bidang ekonomi,
Iskandar Muda mengembangkan tanaman lada yang sangat
dibutuhkan oleh orang-orang Eropa dan Asia. Pengembangan
sastra mendapat perhatian sehingga muncul ahli-ahli sastra
seperti Nuruddin Ar-Raniri dan Hamzah Fansuri.
Tahun 1636, Sultan Iskandar Muda wafat dan digantikan
Sultan Iskandar Thani (1636-1641). Pada saat itu, Aceh masih
dapat mempertahankan kekuasaannya. Namun, setalah
Iskandar Thani wafat yang bersamaan waktunya dengan
jatuhnya Malaka ke tangan orang-orang Belanda, Aceh mulai
mengalami kemuduran.

2.     Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram

Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500.
Sebenarnya, Raden Patah masih keturunan langsung dari
Brawijaya, raja Majapahit. Sebagai sultan pertama Demak,
Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Berdirinya
kerajaan Demak mendapat dukungan dari ulama dan pembesar
di pantai Utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, Jepara, Kudus, dan
lain-lainnya.
Peranan kerajaan Demak sebagai pusat penyebaran agama
Islam dan perdagangan di pulau semakin besar, terutama
setelah jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis pada
tahun 1511. Pada pedagang muslim yang biasanya melalui
Selat Malaka, kemudian memindahkan jalur perdagangannya
dengan menelusuri pantai Barat Sumatera, Selat Sunda, dan
sampailah di pantai Utara Jawa. Dengan demikian, jatuhnya
Malaka ke tangan bangsa Portugis merupakan sebuah
keuntungan bagi Demak.
Pada tahun 1513, armada Demak di bawah pimpinan
putera Raden Patah, yaitu Pati Unus melancarkan serangan
terhadap kedudukan Portugis di Malaka. Sayang, serangan
itu mengalami kegagalan karena letak Malaka yang jauh dan
persenjataan pasukan Demak yang sangat kurang. Meskipun
mengalami kegagalan, Pati Unus tetap mendapat pengahargaan
sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Pada tahun 1518, Raden Patah meninggal dunia dan
kedudukannya digantikan oleh puteranya, yaitu Pati
Unus. Namun, Pati Unus tidak lama memerintah Demak.
Ia hanya memerintah selama tiga tahun (1518-1521). Pati
Unus tidak memiliki anak dan karena itu, ia digantikan oleh
adiknya, yaituSultan Trenggono (1521-1546). Pada masa
pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Wilayah
Demak pun bertambah luas sampai ke ujung barat pulau Jawa,
Palembang dan Jambi, serta sebagian Kalimantan.
Sultan Trenggono memilih strategi bertahan dalam
menghadapi ancaman Portugis. Ketika, Portugis merencanakan
untuk mendirikan ’benteng’ dan ’kantor dagang’ di Sunda
Kelapa, maka dengan cepat Demak mengirimkan tentaranya ke
Sunda Kelapa pada tahun 1522. Pasukan Demak yang dipimpin
oleh Fatahilah berhasil mengalahkan dan mengusir Portugis
dari Sunda Kelapa pada 1527.
Sepeninggal Sultan Trenggono terjadi pertikaian di antara
kerabat kerajaan, terutama Pangeran Sekar Seda ing Lepen
(adik Sultan Trenggono) dan Pangeran Prawoto (putera
Sultan Trenggono). Pangeran Sekar Seda ing Lepen terbunuh
atas perintah Pangeran Prawoto. Pangeran Sekar Seda ing
Lepen sendiri telah ditetapkan sebagai pengganti Sultan
Trenggono.
Sementara, Arya Penangsang (putera Pangeran Sekar
Seda ing Lepen) yang menganggap diri sebagai orang yang
paling berhak atas tahta Demak, kemudian membunuh
Pangeran Prawoto beserta seluruh keluarganya. Sebenarnya,
apa yang dilakukan Arya Penangsang merupakan tindakan
balas dendam. Akhirnya, Arya Penangsang menjadi Sultan
Demak (1546-1568). Masa pemerintahan Arya Penangsang
ditandai dengan berbagai kekacauan dan pembunuhan.
Banyak orang yang tidak senang terhadap Arya Penangsang
karena kekejamannya.
Pangeran Hadiri, seorang adipati di Jepara dibunuhnya
karena dianggap merintangi kekuasaannya. Tindakan itu
menimbulkan kemarahan Ratu Kali Nyamat (isteri Pangeran
Hadiri), dan segera mengangkat senjata untuk membalas
kematian suaminya. Para adipati yang sepaham diajak bersatu
untuk menghancurkan kekuasaan Arya Penangsang. Di antara
para adipati yang tidak senang terhadap Arya Penangsang
adalah Adiwijaya, seorang adipati di Pajang yang lebih dikenal
dengan sebutan Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Ia berhasil
membunuh Arya Penangsang pada tahun 1568 sehingga
kekuasaan Demak berpindah ke tangannya dan mendirikan
kerajaan Pajang.
Pendiri Kerajaan Pajang adalah Adiwijaya (1568-1582).
Ia menduduki tahta Pajang dengan memindahkan kebesaran
kerajaan Demak ke Pajang. Sedangkan, Demak sendiri hanya
dijadikan salah satu kadipaten. Ia mengangkat Arya Pangiri
(putera Pangeran Prawoto) sebagai Adipati Demak. Sebagai
penguasa Pajang, Adiwijaya mendapat pengakuan dari Sunan
Giri dan para adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Setelah menjadi sultan, Adiwijaya (Hadiwijaya) tidak
pernah lupa terhadap jasa-jasa para sahabatnya yang ikut
membantu mengalahkan Arya Penangsang. Ki Ageng
Pemanahan menerima hadiah tanah di daerah Mataram (Alas
Mentaok). Ki Penjawi diberi hadiah di daerah Pati. Keduanya
sekaligus diangkat sebagai Bupati di daerah masing-masing.
Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukan daerahdaerah
Jawa Timur, diangkat sebagai wakil raja dengan daerah
kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.
Sedangkan Sutawijaya (putra Ki Ageng Pemanahan)
diangkat sebagai anak angkat Sultan Adiwijaya dan menjadi
saudar Pangeran Benawa. Pangeran Benawa adalah putera
mahkota Kesultanan Pajang. Sutawijaya adalah seorang
pemuda yang sangat ahli dan cakap dalam bidang militer
dan peperangan. Ketika Ki Ageng Pemanahan meninggal
dunia pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat sebagai Adipati
Mataram.
Ketika Sultan Adiwijaya wafat pada tahun 1582, seharusnya
digantikan oleh Pangeran Benawa. Namun, ia berhasil
disingkirkan oleh Arya Pangiri. Arya Pangiri pun naik tahta
menjadi Sultan Pajang pada 1582-1586. Sedangkan Pangeran
Benawa hanya dijadikan adipati di Jipang. Ketika menjadi
sultan, tindakan Arya Pangiri sangat meresahkan masyarakat
karena menyita sepertiga sawah rakyat untuk diberikan kepada
para pengikutnya dari Demak.
Tindakan Arya Pangiri tersebut menyebabkan timbulnya
usaha-usaha perlawanan. Kesempatan itu dimanfaatkan
oleh Pangeran Benawa untuk menghimpun kekuatan. Ia
segera menjalin kerja sama dengan saudara angkatnya, yaitu
Sutawiajaya yang telah menjadi Adipati Mataram. Dalam
sebuah serangan, Arya Pangiri dengan mudah dapat dikalahkan
oleh Pangeran Benawa yang dibantu Sutawijaya pada tahun
1586. Namun, Pangeran Benawa tidak mau membunuh Arya
Pangiri dan hanya menyuruh Arya Pangiri untuk kembali ke
Demak.
Setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri, Pangeran
Benawa yang lebih berhak atas tahta Pajang justru
menyerahkan kekuasaannya kepada Sutawijaya. Pangeran
Benawa menyadari bahwa dirinya tidak cukup cakap untuk
mengendalikan pemerintahan, menjamin keamanan, dan
memper-tahankan kekuasaan Panjang yang sangat luas. Di
samping itu, Pangeran Benawa merasa tidak mampu bersaing
dengan saudara angkatnya. Sutawijaya pun menerima tawaran
saudara angkatnya dan sejak saat itu segala kebesaran Pajang
dipindahkan ke Mataram.
Sutawijaya telah lama berharap agar pada suatu saat dapat
menjadi seorang sultan. Oleh karena itu, ketika diangkat sebagai
Adipati Mataram pada tahun 1575, ia mulai memperskuat
kedudukannya dengan membangun benteng di sekeliling
istananya. Akhirnya, harapan itu datang, ketika Pangeran
Benawa menawarkan atau menyerahkan kekuasaannya kepada
Sutawijaya, setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri pada
tahun 1586. Tentu, Sutawijaya tidak menolaknya.
Sejak saat itu, Sutawijaya secara sah menjadi Sultan Pajang.
Namun, tidak lama kemudian ia memindahkan ibukota
kerajaan ke Kotagede yang terletak di sebelah Tenggara Kota
Yogyakarta. Bersamaan dengan itu, nama kerajaan pun berubah
menjadi Mataram. Sutawijaya menjadi Sultan Mataram (1586-
1601) dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin
Panatagama Kalifatullah. Artinya, sultan yang sekaligus
sebagai panglima perang dan pemimpin agama.
Masa pemerintahan Panembahan Senopati diwarnai
dengan berbagai masalah dan peperangan yang terus menerus.
Masalah tersebut terjadi antara Sutawijaya dan para adipati
yang tidak bersedia mengakui kekuasaan Sutawijaya sebagai
sultan. Mengapa sebagian adipati tidak mau mengakui
Sutawijaya sebagai sultan?
Surabaya, Demak, Ponorogo, Madiun, Kediri, dan
Pasuruan tidak mau mengakui kekuasaan Sutawijaya
dan berusaha melepaskan diri dari Mataram. Akibatnya,
terjadilah pertempuran antara Mataram dan para adipati
di Jawa. Pertempuran paling sengit terjadi antara Mataram
dan Surabaya pada tahun 1586. Akhirnya, pertempuran itu
dapat dihentikan berkat bantuan Sunan Giri. Mataram gagal
menahlukan Surabaya, meskipun Surabaya harus mengakui
kekuasaan Sutawijaya. Sementara, Demak, Ponorogo, Madiun,
Kediri, dan Pasuruan berhasil ditakhlukan sehingga wilayah
Mataram masih cukup luas. Bahkan, Cirebon dan Galuh
berhasil dikuasai pada tahun 1595.
Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 dan
digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613).
Ia bergelar Sultan Anyakrawati. Pada masa pemerintahannya
timbul pemberontakan dari Pangeran Puger di Demak pada
tahun 1602-1605 dan Pengeran Jayaraga di Pononrogo pada
tahun 1608. Kedua pemberontakan itu dapat dipadamkan.
Namun, pemberontakan di Surabaya pada tahun 1612 belum
dapat dipadamkan sampai ia meninggal pada tahun 1613.
Sultan Anyakrawati wafat dalam pertempuran di daerah
Krapyak sehingga lebih dikenal dengan sebutan Panembahan
Seda Krapyak.
Pengganti Mas Jolang adalah Mas Rangsang yang bergelar
Sultan Agung Senopati ing Ngalaga Ngabdur Rachman
(1613–1645). Ia lahir tahun 1591, artinya ia menjadi sultan
pada usia 22 tahun. Sultan Agung segera melanjutkan citacita
leluhurnya, yaitu mewujudkan kekuasaan Mataram
yang meliputi seluruh pulau Jawa. Sejak tahun 1614, Sultan
Agung mulai menahlukan daerah-daerah di pesisir Utara
Jawa. Bala tentara Mataram berhasil menguasai Lumajang,
Pasuruan, Kediri, Tuban, Pajang, Lasem, Surabaya, Madura,
dan Sukadana (Kalimantan). Sedangkan Cirebon dan Banten
belum dapat dikuasai secara penuh. Namun karena Cirebon
dan Banten adalah bekas wilayah Demak, maka Sultan Agung
sebagai penerus Kerajaan Demak merasa berhak atas kedua
wilayah itu. Dengan demikian, tinggal Batavia (Sunda Kelapa)
yang belum ditakhlukan.
Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung menyerang
Batavia. Namun, mengalami kegagalan karena bala tentaranya
kekurangan makanan sebagai akibat persediaan makanan yang
telah disediakan dibakar oleh orang-orang Belanda. Setelah itu,
Sultan Agung mengalihkan perhatiannya untuk memajukan
kehidupan rakyatnya. Bidang pertanian mengalami kemajuan.
Pada tahun 1633, Sultan Agung menciptakan tarikh Jawa-Islam
berdasarkan perhitungan bulan yang dimulai pada 1 Muharam
1043 H. Ia juga berhasil menyusun karya Sastra Gending yang
berisi ajaran filsafat mengenai ’kesucian jiwa’. Di samping itu, ia
berhasil menyusun buku undang-undang pidana dan perdata
yang diberi nama Surya Alam.
Dalam bidang sistem susunan pemerintahan, Mataram di
bagi dalam :
��Kutanegara, yang merupakan daerah pusat keraton.
Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih
Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana dalam).
��Negara Agung, yang merupakan daerah yang ada di sekitar
Kutanegara. Dalam pelaksanaan pemerintahan di pegang Patih
Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
��Mancanegara, yaitu daerah di luar negara Agung. Daerah ini
dipimpin oleh para Bupati.
��Pesisir, daerah yang dipimpin oleh para Bupati atau Syah
Bandar.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dikenang sebagai
raja yang terbesar karena dapat membawa Mataram mencapai
jaman keemasan.

3.     Kesultanan Cirebon dan Banten

Cirebon bersal dari kata caruban yang berarti campuran.
Masyarakat Cirebon diperkirakan merupakan campuran dari
para pedagang setempat dengan para pedagang Cina yang
telah memeluk Islam. Menurut buku Sejarah Banten, satu
rombongan keluarga Cina telah mendarat dan menetap di
Gresik. Kemudian mereka memeluk agama Islam. Satu di antara
mereka bernama Cu-cu dan lebih dikenal dengan sebutan Arya
Sumangsang atau Prabu Anom. Keluarga Cucu dapat mencapai
kedudukan dan kehormatan tinggal di Kesultanan Demak dan
mendapat kepercayaan untuk mendirikan perkampungan di
daerah Barat. Atas ketekunannya, mereka berhasil membangun
perkampungan yang disebut Cirebon.
Kapan dan siapa pendiri Kesultanan Cirebon? Sampai
saat ini belum ada jawaban yang pasti. Berdasarkan Ceritera
Caruban (Tjarita Tjaruban), Kesultanan Cirebon didirikan
oleh Syarif Hidayatullah, salah seorang cucu Raja Pakuan
Pajajaran. Ia naik tahta pada tahun 1482, sekembalinya dari
Mekkah. Sebagai seorang cucu raja, ia diberi hak untuk
mengembangkan kekuasaan di Cirebon. Selain sebagai Sultan
Cirebon, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai seorang wali.
Ia mendapat persetujuan dari para, terutama Sunan Ampel
untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Oleh
karena itu, Syarif Hidayatullah kemudian lebih dikenal dengan
nama Sunan Gunung Jati.
Cirebon pun berkembang dengan pesat sebagai pusat
perdagangan dan penyebaran agama Islam. Akibatnya, Pakuan
Pajajaran mulai surut. Namun, di antara dua kerajaan itu
tidak pernah terjadi peperangan karena masih ada hubungan
kekerabatan. Syarif Hidayatullah wafat di Cirebon dan
dimakamkan di bukit Gunung Sembung, tidak jauh dari
bukit Gunung Jati. Untuk meneruskan pemerin-tahannya
di Cirebon, Syarif Hidayatullah mengangkat putranya yang
bernama Pangeran Pasarean. Sultan inilah yang menurunkan
raja-raja Cirebon selanjutnya.
Tahun 1679 Cirebon terpaksa dibagi dua yaitu Kasepuhan
dan Kanoman. Waktu itu VOC sudah bercokol kuat di Batavia.
Dengan politik De Vide at Impera, Kesultanan Kanoman di bagi
dua, yakni Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan
demikian kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3 (tiga), yakni
Kasepuan, Kanoman, dan Kacirebonan. Akhir abad ke-17
Cirebon berhasil dikuasai VOC.

4.     Kesultanan Banten

Dasar-dasar pembentukkan Kesultanan Banten telah
dirintis oleh Nurullah pada tahun 1525 atas persetujuan
Sultan Demak. Nurullah adalah seorang muslim yang saleh
dan cakap dalam bidang politik sehingga diharpkan dapat
membendung pengaruh Portugis. Pada tahun 1522, Portugis
telah menandatangi persetujuan dengan Pakuan Pajajaran
untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Namun sebelum
maksud Portugis dilaksanakan, Nurullah telah merebut Sunda
Kelapa dari Pajajaran pada tahun 1527. Atas kemenangannya
itu, Nurullah diberi gelar Fatahillah (Kemenangan Allah) oleh
Sultan Trenggon. Di samping itu, nama Sunda Kelapa diganti
dengan Jayakarta.
Kelapa, maka kedatangan mereka disambut gempuran oleh
laskar Banten. Portugis terdesak dan akhirnya menyingkir dari
Sunda Kelapa. Akhirnya, Banten diserahkan kepada puteranya
yang kedua, yaitu Hasanuddin pada tahun 1552. Sejak saat
itu, Banten melepaskan diri dari Demak dan berdiri sebagai
kerajaan yang merdeka. Oleh karena itu, Sultan Hasanuddin
(1552-1570) dianggap sebagai sultan Banten yang pertama.
Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat dan digantikan
puteranya yang bernama Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada
tahun 1579, Pangeran Yusuf menyerang Pajajaran dan sejak
saat itu berakhirlah riwayat kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Sedangkan Pangeran
Yusuf digantikan oleh
Maulana Yusuf. Maulana
Yusuf meninggal pada
tahun 1595, ketika
memimpin ekspedisi ke
Palembang. Banten pun
mulai surut karena kalah
bersaing dengan VOC
yang berkuasa di Batavia
(dulu Sunda Kelapa atau
Jayakarta).

http://handikap60.blogspot.com/2013/01/kerajaan-kerajaan-islam-di-indonesia_9793.html